Guidance Counseling Community

GCC UM METRO
organisasi Bimbingan Konseling Universitas Muhammadiah Metro.

Rabu, 14 November 2012

Penerapan Layanan Konseling Kelompok Pendekatan Adlerian Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Saat Menghadapi Ujian AKhir

Semoga bermanfaat.
PENERAPAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN ADLERIAN UNTUK MENINGKATKAN
RASA PERCAYA DIRI SAAT MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER PADA SISWA KELAS VIII-E
SMP NEGERI 16 SURABAYA


SKRIPSI



Description: 163214_185517364792804_100000036244418_681205_2995803_n














Oleh  :
LU’LU’IL MAKNUN
NIM 071014048



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
2012



PENERAPAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN ADLERIAN UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SAAT MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER PADA SISWA KELAS VII-E SMP NEGERI 16 SURABAYA




Lu’lu’il Maknun



ABSTRAK



Latar belakang dari penelitian ini adalah ditemukannya siswa tidak percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester di kelas VIII-E SMP Negeri 16 Surabaya sebanyak 39,47 % melalui proses wawancara dengan guru BK. Bentuk perilaku tidak percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester di kelas VIII-E SMP Negeri 16 Surabaya adalah sering menengok ke kanan dan ke kiri saat ujian berlangsung, sering keluar kelas untuk pergi ke kamar mandi saat ujian dan mencuri-curi kesempatan untuk bertaya jawaban pada teman saat ujian.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji konseling kelompok pendekatan Adlerian dalam meningkatkan rasa percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester pada siswa kelas VIII-E SMP Negeri 16 Surabaya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre-eksperimental design dengan pre-test dan post-test group design, dengan rancangan satu kelompok subyek. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, wawancara dan observasi untuk mengetahui tingkat rasa percaya diri saat menghadapi ujian. Subyek penelitian ini adalah delapan siswa kelas VIII-E SMP Negeri 16 Surabaya yang memiliki skor rasa percaya diri rendah. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik non-parametric dengan menggunakan uji tanda.
Dari hasil perhitungan diperoleh T_hitung   < T_tabel. Dengan hasil terdapat peningkatan pada rasa percaya diri siswa saat menghadapi ujian akhir semester. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang berbunyi “konseling kelompok pendekatan Adlerian dapat diterapkan dalam meningkatkan rasa percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester pada siswa kelas VIII-E SMP Negeri 16  Surabaya” dapat diterima.


Kata kunci : Konseling kelompok pendekatan Adlerian, rasa percaya diri





PENDAHULUAN
Percaya diri merupakan hal yang penting untuk dibangun dan dikembangkan. Kepercayaan diri diperlukan oleh seseorang untuk menghadapi tantangan dalam setiap tahap kehidupannya. Kepercayaan diri sering menjadi masalah yang dialami oleh remaja, baik percaya diri yang berhubungan dengan aspek sosial, maupun percaya diri yang berhubungan dengan proses belajar di sekolah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanan ujian semester adalah rasa percaya diri siswa. Percaya diri merupakan perasaan yang ada dalam diri siswa yang diakibatkan adanya respon dari luar untuk berani bertindak. Percaya diri siswa sangat berpotensi dalam keberhasilan belajar, hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran sehari-hari bahwa siswa yang memiliki kemampuan atau pintar akan menjadi tidak mampu untuk atau salah untuk melakukan sesuatu pekerjaan karena dipengaruhi rendahnya percaya diri siswa tersebut. Rendahnya rasa percaya diri pada siswa SMP tidak bisa diabaikan begitu saja, apabila keadaan tersebut terus diabaikan, hal ini akan dapat berdampak negatif bagi siswa yaitu hasil belajar yang kurang optimal.
Percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya (Hakim, 2002:6). Gejala dari kurang percaya diri adalah mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu, memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental fisik, sosial, atau ekonomi, mudah putus asa, dan cenderung bergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah (Hakim, 2002:8).
Menurut Lie (2003:4) ciri-ciri orang yang tidak mencerminkan percaya diri adalah tidak yakin kepada diri sendiri, bergantung pada orang lain, ragu-ragu, merasa diri tidak berharga, dan tidak memiliki keberanian untuk bertindak. Rendahnya rasa percaya diri pada siswa SMP tidak bisa diabaikan begitu saja, karena hal ini akan berdampak buruk pada hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah tidak akan mencapai hasil yang optimal dalam belajarnya.
Beberapa faktor yang memengaruhi percaya diri berasal dari keluarga. Hakim (2002:26) mengatakan bahwa keadaan keluarga, sebagai lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap orang, sangat mempengaruhi pembentukan rasa percaya diri. Rasa percaya diri bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecil jika seseorang berada di dalam keluarga yang baik.
Menurut Lindenfield (1997: 14) faktor penunjang percaya diri adalah memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba sesuatu, memberikan pujian, tidak diejek dan dicemooh, memberi kepercayaan pada anak, adanya peran serta orang tua dalam proses pengembangan, adanya lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang dapat memberikan dorongan untuk perkembangan anak, serta adanya rasa cinta kasih dan rasa aman.
Menurut Anita Lie (2003:4) ciri-ciri orang yang tidak mencerminkan percaya diri adalah tidak yakin kepada diri sendiri, bergantung pada orang lain, ragu-ragu, merasa diri tidak berharga, dan tidak memiliki keberanian untuk bertindak.
Perilaku tidak percaya diri harus ditangani agar siswa memiliki kemandirian. Siswa yang mandiri merupakan salah satu indikator dari siswa yang memiliki percaya diri. Alternatif bantuan yang dapat diberikan untuk membantu meningkatkan percaya diri siswa adalah dengan menggunakan konseling kelompok pendekatan Adlerian.
Dasar penggunaan pendekatan teori Adler adalah, persamaan faktor yang memengaruhi kepercayaan diri dengan faktor yang membentuk kepribadian seseorang,yakni faktor yang berasaldari keluarga. Berdasarkan hal tersebut teori Adler dianggap tepat untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri. Dalam  pendekatan teori Adler terdapat teknik yang berfokus pada konstelasi keluarga. Konstelasi keluarga diartikan sebagai iklim atau keadaan keluarga, yang merupakan faktor yang banyak berpengaruh pada pembentukan kepribadian seseorang termasuk pada rasa percaya diri.
Anak yang diindikasi memiliki rasa tidak percaya diri saat menghadapi ujian dapat dikatakan memiliki perasaan inferioritas. Inferioritas pada diri seseorang muncul karena ia merasa tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya. Dalam pandangan teori Adler seseorang yang mengalami komplek inferioritas akan berusaha untuk menjadi superior.
Melalui istilah “Berjuang untuk Superioritas” Adler tidak mengartikan bahwa setiap orang dari kita berjuang untuk berada diatas posisi atau wibawa orang lain. Adler sering menggunakan kata perfeksion sebagai sinonim dari superioritas. Orang-orang berjuang untuk perfeksion (kesempurnaan) yang mana Adler juga menjelaskannya lebih lanjut seperti penguasaan, berjuang untuk naik, peningkatan, sebuah usaha bergerak dari bawah keatas, atau pendorong dari minus ke plus. Perjuangan menuju superioritas yang dilakukan siswa berupa upayauntuk mendapatkan nilai yang baik dalam ujian yang terkadang dilakukan dengan cara yang salah yakni dengan berbuat kecurangan.
Teori Adler memandang bahwa perilaku manusia dan perkembangannya dipengaruhi oleh tataran minat sosial, urutan kelahiran, konstelasi dan gaya hidup. Dalam setiap proses konseling yang dilakukannya, Alder hampir selalu bertanya pada kliennya mengenai keadaan keluarga, yakni: urutan keluarga, jenis kelamin dan usia saudara-saudara sekandung.
Tujuan utama psikoterapi Adler adalah meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial pasien. Adler menyadari bahwa tugas ini tidak mudah karena pasien atau klien berjuang untuk mempertahankan keadaannya sekarang, yang dipandangnya menyenangkan. Gibson dan Mittchell dalam Latipun (2005: 152).
Tujuan konseling Adler menurut Prayitno (1998:52) adalah membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style (LS) serta mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dan dalam mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya. Hal ini dilakukan bertujuan membentuk gaya hidupnya yang lebih efektif. A.      Rasa Percaya Diri
PENGERTIAN RASA PERCAYA DIRI
Beberapa ahli memiliki definisi yang berbeda tentang percaya diri. Anita Lie (2003: 04), menyebutkan bahwa percaya diri berarti yakin akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah. Menurut Santrock (2003: 336) percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri.
Menurut Hakim (2002:06) percaya diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Lindenfield (1994:03) mengatakan bahwa orang yang percaya diri adalah orang yang merasa puas dengan dirinya. Menurut Suharyadi (2007:9) percaya diri merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi.
Angelis (1997 : 10) menerangkan bahwa percaya diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia untuk menghadapi tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu.
Ciri-ciri orang yang memiliki percaya diri rendah adalah tidak yakin kepada diri sendiri, merasa tidak mampu mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya, dan bergantung pada orang lain.
Faktor-faktor penunjang percaya diri berasal dari faktor keluarga, baik dari keadaan orang tua, dari segi latar belakang pendidikan keluarga, dari keadaan ekonomi keluarga serta dari kondisi lingkungan sekitar keluarga.
Faktor utama yang menghambat rasa percaya diri adalah cara orang tua dalam mendidik anak yang menimbulkan rasa inferioritas pada diri anak.
Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan rasa tidak percaya diri adalah berasal dari faktor sosial dan pribadi individu. Dari segi sosial proses pembentukan rasa tidak percaya diri dipengaruhi oleh pendidikan dari orang tua sedangkan faktor dari diri individu berasal dari segi fisik individu yang bersangkutan.
Cara meningkatkan kepercayaan diri adalah dengan meningkatkan kepercayaan pada kemampuan pribadi dengan selalu berpikir positif, meningkatkan penghargaan pada individu, melatih untuk selalu bersikap tenang, dan memberi kesempatan kepada individu untuk mengeksplorasi kemampuan pribadinya.
Manfaat adanya percaya diri adalah agar seseorang mandiri dalam menghadapi segala permasalahan dalam kehidupannya, optimis, sehat secara psikologis, dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya.
KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN ADLERIAN
Menurut Gazda (Winkel,  2004:590) konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari.
Pendekatan Adlerian didasarkan pada suatu pandangan holistik tentang manusia, yang memandang manusia sebagai suatu kesatuan (unity) yang dalam hal ini diidentikkan dengan kebulatan (wholeness).
Sistem teori Adler lebih menekankan pada determinan sosial dalam membentuk perilaku, alih-alih faktor-faktor biologis. Pendekatan Adler juga dikatakan bersifat teleologis. Pandangan teleologis ini mengimplikasikan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang termotivasi oleh dorongan-dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang memiliki dimensi sosial.
Kepercayaan diri berkaitan erat dengan penghargaan diri, orang yang tidak memiliki kepercayan diri memiliki sifat inferioritas (rendah diri) yang tinggi. Adler dalam (Darminto 2007: 490) mengemukakan bahwa ”sifat inferioritas bukan merupakan suatu keadaan negatif tetapi justru menjadi motivasi untuk menguasai lingkungan”. Kita berusaha menemukan cara-cara yang dapat kita gunakan untuk mengendalikan kekuatan-kekuatan dalam hidup kita, bukan sebaliknya.
Adler berpandangan bahwa setiap manusia memiliki tujuan untuk beralih dari perasaan inferior menjadi superior. Seseorang yang mengalami kepercayaan diri yang rendah bisa menjadi memiliki rasa percaya diri. Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Dengan demikian perilaku individu dijelaskan berdasarkan tujuan dan ekspentasi akan masa depan.
 Inferioritas berarti merasa lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk menghadapi tugas atau keadaan yang harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan orang lain yang lebih matang dan berpengalaman.
Kompleks inferioritas dapat juga diartikan sebagai perasaan yang berlebihan bahwa dirinya merupakan orang yang tidak mampu. Adler menyatakan bahwa gejala tersebut paling sedikit disebabkan oleh tiga hal, yaitu : memiliki cacat jasmani, dimanjakan, dan dididik  dengan kekerasan (Masrun, 1977:  46).
Sedangkan superiority bukan berarti lebih baik dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara berkelanjutan mencoba untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi semakin dekat dengan tujuan ideal seseorang.
Beberapa keadaan khusus seperti dimanja dan ditolak, mungkin dapat membuat seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua kompleks tersebut berhubungan erat. Superiority complex selalu menyembunyikan atau bentuk kompensasi dari inferior. Sedangkan inferiority complex menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini bahwa motif utama setiap orang adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif.
Tujuan dari konseling Adler adalah untuk membentuk manusia dewasa yang utuh dan sehat secara pribadi dan sosial (Well-Functioning). Manusia dewasa yang sehat dikonseptualisasikan sebagai individu yang mempelihatkan kemandirian baik secara fisik maupun emosi, produktif, dan mampu menjalin kerja sama dengan orang lain baik untuk mencapai tujuan pribadi maupun tujuan sosial. manfaat dari konseling kelompok Adlerian adalah dapat meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial konseli.
Manfaat dari konseling kelompok Adlerian adalah dapat meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial konseli.
Dreikurs dalam Supriatna (2003) menguraikan tahap konseling kelompok pendekatan Adlerian yaitu:
a.       Membangun dan memelihara hubungan terapiutik yang tepat.
b.      Mengeksplorasi dinamika-dinamika dalam diri individu.
c.       Mengkomunikasikan suatu pemahaman diri kepada individu, dan
d.      Membuka alternatif-alternatif dan pilihan-pilihan dengan menggunakan teknik menggali masa lalu, gaya hidup, dan menganalisis konstelasi keluarga.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pre-experimental design karena peneliti tidak memakai variabel kontrol dan sampel tidak di pilih secara random (Sugiyono, 2008:74). Bentuk rancangan pre-experimental design ini memakai one group pre-test – post-test design, yaitu jenis rancangan yang memakai pengukuran awal (pre-test) dan pengukuran akhir (post-test) untuk membandingkan keadaan sebelum diberikan perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah konseling kelompok pendekatan Adlerian untuk mengetahui pengaruhnya pada tingkat rasa percaya diri siswa saat menghadapi ujian akhir semester
Prosedur penelitian :
1.    Memberikan  yaitu pre-test untuk mengetahui skor rasa percaya diri siswa dengan instrumen angket.
2.    Diketahui delapan siswa yang mempunyai skor rasa percaya diri terendah dan diberi perlakuan konseling kelompok gestalt dalam jangka waktu tertentu.
3.    Memberikan  yaitu post-test untuk mengukur adanya perubahan dari perlakuan konseling kelompok Gestalt dengan angket yang sama.
4.    Membandingkan  dengan  untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi setelah diberikan treatment.
Adapun tahap yang akan dilakukan selama penelitian ini adalah :
1.    Tahap persiapan
a.    Menemukan masalah untuk diteliti
b.    Menyusun proposal
c.    Menentukan lokasi penelitian

2.    Tahap pelaksanaan penelitian
a.    Membuat jadwal penelitian
b.    Pengumpulan data melalui penyebaran angket
c.    Menentukan delapan siswa yang memiliki skor rasa percaya diri terendah saat menghadapi ujian
d.   Diketahui siswa yang memiliki skor rasa percaya diri saat menghadapi ujian terendah yang selanjutnya diberi perlakuan konseling kelompok pendekatan Adlerian
e.    Memberikan angket yang sama kepada siswa yang telah diberikan perlakuan untuk mengetahui adanya perubahan
f.     Membandingkan hasil pre-test dan post-test untuk mengetahui adanya keefektifan atau pengaruh dari konseling kelompok pendekatan Adlerian.
g.    Tahap menyimpulkan hasil penelitian dengan menyusun laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data skor hasil penyebaran angket rasa percaya diri. Data ini diperoleh setelah disebarkan angket rasa percaya diri saat menghadapi ujian dan didapatkan data berupa delapan siswa yang memiliki skor rasa percaya diri terendah akan dijadikan subyek penelitian (konseli) dan ditetapkan sebagai kondisi awal.
Kedelapan subyek penelitian tersebut  selanjutnya diberikan perlakuan berupa konseling kelompok pendekatan Adlerian selama tujuh kali pertemuan.
Setelah diberikan perlakuan dengan layanan konseling kelompok pendekatan Adlerian pada delapan siswa yang memiliki skor terendah dalam percaya diri saat menghadapi ujian, maka kegiatan selanjutnya adalah mengadakan pengukuran akhir (post-test).
Setelah diketahui hasil pengukuran awal dan pengukuran akhir, kemudian dilakukan analisis statistik untuk mengetahui benar tidaknya hipotesis yang diajukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik dengan uji Tanda.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan uji tanda diperoleh hasil sebagai berikut: N = 8 dan x = 0, maka diperoleh ρ = 0,004 dengan taraf kesalahan α = 5% adalah 0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa harga 0,004< 0,05 (ρ< α). Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan pada skor rasa percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester antara sebelum dan sesudah penerapan layanan konseling kelompok pendekatan Adlerian. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.
Keseluruhan peningkatan rasa percaya diri saat menghadapi ujianakhir semester yang dialami oleh 8 responden tersebut nampak pada saat observasi yang dilakukan oleh observer saat pemberian treatment  berupa konseling kelompok pendekatan Adlerian. Keadaan di atas tersebut didukung pula oleh pernyataan konseli yang diberikan pada saat diadakannya evaluasi yang dilakukan melalui wawancara oleh peneliti yang menyebutkan bahwa konseli telah mampu memahami dan merubah perilakunya sehingga mengalami peningkatan pada rasa percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester.
Sesungguhnya selain pemberian treatment berupa konseling kelompok pendekatan Adlerian terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan rasa percaya diri pada 8 subyek penelitian tersebut antara lain: adanya kemampuan pribadi, keinginan dan tekat yang kuat dan lain sebagainya.
Rasapercaya diri  saat menghadapi ujian akhir semester pada subyek penelitian dipengaruhi oleh kemampuan pribadi karena siswa mengerjakan sesuatu yang memang mampu dilakukan. Hal tersebut tentunya disebabkan karena subyek penelitian telah mempersiapkan diri dengan mempelajari materi yang diujikan secara mendalam.Rasa percaya diri  saat menghadapi ujian akhir semester pada subyek penelitian dapat dipengaruhi  oleh keinginan. Ketika seseorang menghendaki sesuatu maka orang tersebut akan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat untuk mendapatkannya. Selanjutnya rasa percaya diri  saat menghadapi ujian akhir semester pada subyek penelitian juga dipengaruhi oleh tekat yang kuat. Rasa percaya diri akan datang ketika seseorang memiliki tekat yang kuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun dalam penelitian ini variabel-variabel atau faktor-faktor tersebut  tidak diamati, oleh karena itu seyogyanya untuk penelitian lebih lanjut variabel-variabel tersebut diperhatikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada skor rasa percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester antara sebelum dan sesudah penerapan layanan konseling kelompok pendekatan Adlerian.
Saran
Hendaknya digunakan variabel lain yang berbeda dari variabel yang telah diteliti oleh peneliti.
Pemberian perlakuan konseling kelompok pendekatan Adlerian yang dilakukan hanya sebanyak 7 kali pertemuan. Seyogyanya dibutuhkan jumlah perlakuan yang lebih banyak dalam melaksanakan konseling kelompok pendekatan Adleriansehingga memungkinkan tercapainya tujuan secara maksimal.
Hendaknya memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi percaya diri.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri saat menghadapi ujian dimungkinkan menggunakan strategi lain seperti bimbingan kelompok, konseling kelompok Gestaltatau menggunakan kombinasi dari beberapa strategi.



DAFTAR PUSTAKA
Admin. Konseling Indonesia. (Online)  (http://konselingindonesia.com. Diakses tanggal 17 Mei 2010)
Admin. Meningkatkan percaya diri. (online)(http://semangatbelajar.com/tag/meningkatkan-rasa-percaya-diri/. Diakses tanggal 17 Mei 2010)
Amrin, Muchlis Ahmad. 2009. 10 Mistaken Identities. Jogjakarta: Garailmu
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
                        . 2007. ManajemenPenelitian. Jakarta. PT Rineka Cipta
Ramadhani, Arya Verdi. 2008. Teori Alfred Adler. (online)http://aryaverdiramadhani.blogspot.com/2008/05/-teori-alfred-adler.html. (Diakses tanggal 20 Oktober 2010)
Boerce, George. 2007. Personality Theories. Yogyakarta: Primasophie
Darminto. 2007. Teori-Teori Konseling Teori dan Praktek Konseling dari Berbagai Orientasi Teoritik Dan Pendekatan. Surabaya: Unesa University Press
Eko.(2008). Ciri-Ciri Teori Konseling. (online)(http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/ciri-ciri-teori-konseling/. Diakses tangggal 17 Mei 2010).
Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa Swara
Lindenfield, Gael. 1997. Mendidik Anak Agar Percaya Diri.Jakarta :Arcan
Lie, Anita. 2003. Menjadi Orang Tua Bijak 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo
Miharjauin.(2010).Konseling Pendekatan Afektif Standar.(online)(http://miharjauin.blogspot.com/2010/02/konseling-pendekatan-afektif-standar.html. Diakses tanggal 20 Oktober 2010).
Notosoedirjo, Moeljono&Latipun. 1999. Kesehatan Mental, Penerapan dan Konsep. Malang. UMM Press
Nursalim, Muhammad dan Suradi.2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: UnesaUnivirsity Press
Nursalim & Hariastuti. 2007. Konseling Kelompok. Surabaya: Unesa University Press
Prayitno.1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).Jakarta: Ghalia Indonesia
Prayitno dan Amti, Erman. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
          Jakarta: RinekaCipta
Santrock. John. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja :Terjemahan oleh Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga
Siegels, Sidney. 1992.” Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu Sosial”. Jakarta :Gramedia
Sobur, Alek. 1986. Anak Dan Pola Perlakuannya. Jakarta:PT. BPK. GunungMulia
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta
Surya, Hendra. 2007. Percaya diri itu penting. Jakarta. PT Elex Media Komputindo
Tim Penyusun Pedoman Skripsi. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya :Unesa
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Usmawati. 2007. Penerapan Layanan Konseling Kelompok untuk Membantu Siswa yang Mengalami Kecemasan Tampil di Depan Kelas Di SMA Kartika V-3 Surabaya. Judul skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP Unesa
Wahyuningsih, Sri. Penerapan Konseling Kelompok untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri pada Siswa Kelas XI Ak.2 SMK Ketintang 1 Surabaya. Surabaya: .Judul skripsi tidak diterbitkan. PPB FIP Unesa
Nanda, Wahyu. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas X – 3     SMAN    8 Surabaya     Dengan     Konseling Kelompok Gestalt: Judul skripsi tidak diterbitkan. PPB FIP UNESA

Rabu, 16 November 2011


Layanan Bimbingan Konseling Berbasis Teknologi Informasi


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Perkembangan era globalisasi yang begitu pesat, membuat seluruh aspek kehidupan terkena imbasnya. Begitupun kehidupan masyarakat sangat terasa perubahan akibat pengaruh globalisasi.
Semua profesi segera membuat suatu sistem-sistem baru yang dapat menopang kehidupan masyarakat untuk menghadapi kedahsyatan serbuan pengaruh globalisasi. Begitupun profesi konselor yang mulai melibatkat Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam melaksanakan proses pelayanan.
Dalam memperbaiki pelayanannya, konselor mulai menggunakan media-media yang mampu menunjang kebutuhan para konseli. Seperti kita ketahui bahwa tidak semua konseli memiliki cukup banyak waktu yang intens untuk melakukan kegiatan atau proses konseli, sehingga pelayanan Bimbingan dan Konseling berbasis teknologi informasi sangat diharapkan mampu memfasilitasi para konselor.
Jadi, dengan adanya pelayanan Bimbingan dan Konseling berbasis Teknologi Informasi diharapkan dapat diakses dimanapun, kapanpun, atau setiap saat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan kebutuhan Konseli (masyarakat), maka para Konselor mulai membuat suatu sistem yang mulai menggunakan Teknologi Informasi sebagai salah satu media proses Konseling.
Pertanyaan:
  1. Bagaimana awal munculnya Teknologi Informasi dalam pelayanan Bimbingan Konseling?
  2. Apa saja macam-macam media yang dapat digunakan dalam pelayanan Bimbingan Konseling?
  3. Seperti apa pelayanannya?
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada masyarakat. Selain itu agar masyarakat lebih mengetahui bahwa pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.
Manfaat
Masyarakat jadi lebih tau apa saja media yang dapat digunakan dalam melakukan proses Konseling.
Metode Pembahasan
Metodi pembahasan yang digunakan dalam makalah ini yaitu metodi study literatur, karena dalam penyusunan makalah ini, sumber yang digunakan adalah buku dan inernet.
A. Awal mula masuknya Teknologi Informasi dan komunikasi ke dalam proses pelayanan konseling.
Pada penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Guru Bimbingan Konseling / Konselor di sekolah memberikan pelayanan berkaitan Pengembangan Diri, sesuai minat dan bakat serta mempertimbangkan tahapan tugas perkembangan peserta didik dalam lingkup usia Sekolah Menengah Atas (SMA), mengingat adanya keberagaman individu (individual deferencies).
Guru Bimbingan Konseling / Konselor bersama Wali Kelas dan Guru Mata Pelajaran menjadi pendamping dalam setiap proses pembelajaran. Hal itu dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar mampu menuntaskan seluruh mata pelajaran seoptimal mungkin sesuai dengan potensi kemampuan akademik, bakat dan minatnya, sehingga hambatan dan kemungkinan kegagalan sudah dapat diprediksi, diketahui dan dibimbing sejak dini. Selain itu, untuk membimbing peserta didik dalam menentukan pilihannya secara mandiri dan mampu mengambil keputusan.
Melihat kebutuhan diatas maka Bimbingan dan Konseling dalam melakukan proses pelayanannya menggunakan berbagai pelayanan dengan berbagai pertimbangan melihat dari sudut kebutuhan konseli. Mengikuti perkembangan zaman maka dalam melakukan pelayanan atau proses konseling Bimbingan dan Konseling pun menggunakan sistem teknologi informasi dalam melakukan proses konseling, agar mempermudah komunikasi. Tujuan Bimbingan dan Konseling menggunakan Teknologi Informasi kedalam melakukan pelayanannya, yaitu :
1. Easy to use ( mudah digunakan )
2. Easy to manage ( mudah di atur )
3. Simple ( tidak rumit )
4. Dynamic ( Dinamis )
B. Macam – macam sarana konseling yang sudah menggunakan Teknologi Informasi sebagai media layanan
Perkembangan teknologi informasi pada era globalisasi saat ini sangatlah pesat. Penggunaan teknologi yang mampu membantu serta mempermudah segala pekerjaan manusia sudah dipergunakan di berbagai bidang. Begitupun Profesi Bimbingan dan Konseling yang melakukan inovasi-inovasi terhadap pelayanannya agar mempermudah akses para konseli yang membutuhkan bantuan dimanapun dan kapanpun. Melihat kebutuhan akan teknologi dalam proses konseling maka profesi ini membuat suatu rancangan terbaru untuk mengembangkan pelayanan yang mengikuti perkembangan zaman. Perubahan terhadap pelayanan tersebut berupa beberapa media konseling, contohnya :
Surat Magnetik (disket ke disket)
Meskipun pelayanan konseling dengan menggunakan fasilitas ini sudah dianggap sebagai fasilitas komunikasi “ tradisional”, tetapi fasilitas ini adalah awal mula terciptanya gagasan penggunaan teknologi informasi dalam Bimbingan dan Konseling.
Dalam penggunaan fasilitas ini, konseli dan konselor saling berkomunikasi dengan berkirim surat atau berkomunikasi melalui buku catatan yang bertujuan untuk membantu anak agar lebih dapat mengekspresikan diri melalui tulisan (bagian dari konseling biblio), meskipun fasilitas ini pada zamannya tidak begitu populer, namun sering dilakukan oleh beberapa guru pembimbing atau konselor.
Dalam era penggunaan komputer, surat atau biblio dalam bentuk kertas dapat diganti dengan disket.  Keuntungan dari fasilitas ini antara lain mempermudah evaluasi terhadap kemajuan dan proses konseling, kemudahan dalam penyisipan materi atau informasi yang dibutuhkan, isi disket tidak dapat dibuka oleh sembarang orang, dan konselor dapat langsung menanggapi kalimat per kalimat yang ditulis oleh konseli. Selain dapat membantu kegiatan konseling, fasilitas ini juga memiliki kelemahan, yaitu adanya kemungkinan ketidak lancaran pengiriman surat, sistem kontrak antara konseli dengan konselor, jaminan kerahasiaan konseli, keterjaminan surat-surat atau disket yang diterima konselor, banyaknya sesi yang harus  dilakukan, dan sebagainya. Jenis ini akan lebih efisien penggunaannya oleh  konseli  dan konselor yang bertempat tinggal di area atau wilayah yang sama dan sering bertemu, misalnya guru BK dan siswanya di Sekolah.
Konseling menggunakan bantuan Komputer
Proses Konseling menggunakan bantuan komputer atau Computer Assisted Counseling (CAC) merupakan konseling mandiri, juga disebut konseling komputer pasif atau biasa juga disebut dengan standalone.  Konseli mencari pemecahan masalah atau kebutuhannya melalui program interaktif konseling (Software) dalam bentuk CD yang dirancang khusus agar konseli tersebut dapat mengeksplorasi permasalahannya, mencari informasi yang dibutuhkan dari sejumlah informasi yang disediakan, dan menentukan alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan. Dalam penggunaan fasilitas ini ( CAC ), konseli dimungkin untuk tidak perlu bertemu dengan konselor.  CAC ini juga dapat dilakukan secara blended, memperdalam materi-materi yang terdapat dalam program konseling, dan memilih tindakan selanjutnya.
Telepon
Kemudahan pengaksesan dalam pemberian layanan Bimbingan dan Konseling mengikuti tatanan kehidupan masyarakat global diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan para konseli yang menuntut pemberian layanan bimbingan dan konseling yang cepat, luas, dan mudah diakses oleh konseli. Konseling melalui telepon  biasanya disebut konseling telepon. Di bawah ini akan dikemukakan etika dalam penggunaan teknologi telepon dalam layanan konseling.
Etika pelayanan konseling menggunakan telepon:
  1. Gunakan bahasa yang sopan sesuai dengan kondisi klien
  2. Gunakan suara yang lembut, volume yang rendah dan intonasi yang bersahabat
  3. Dengarkan pembicaraan sampai selesai, jangan menyela kata-kata klien apalagi pada tahap awal pembicaraan.
  4. Mengembangkan perasaan senang dan berfikir positif tentang siapapun yang menelepon
  5. Catat hal-hal yang perlu memperoleh perhatian
  6. Memfokuskan pembicaraan guna menefektifkan penggunaan media komunikasi
  7. Selalu mengakhiri pembicaraan dengan kesiapan untuk melakukan hubungan komunikasi selanjutnya
  8. Video-phone
Lebih dengan sebutan Video-phone counseling (VPC) merupakan bentuk lain dari konseling telepon. Namun dalam penggunaan perangkat teknologi komunikasi tambahan yang memungkinkan konseli dan konselor saling mengenal dan “bertatap muka” melalui layar monitor (display), Konseling melalui video-phone lebih memungkinkan terjalinnya interaksi yang lebih baik antara konselor dan klien, dan dapat lebih mendekati karakteristik konseling tatap muka.
Radio dan Televisi
Konseling melalui radio atau televisi,  masih merupakan bentuk lain dari konseling telepon. Pada konseling radio, percakapan antara konselor dan konseli dipancarkan.  Pelayanan ini umumnya bersifat informatif atau advis, jarang hubungan klien dan konselor mencapai taraf yang mendalam dan intensif.  Konseling melalui radio dan televisi memungkinkan permasalahan konseli diketahui oleh umum, oleh karena itu kerahasiaan identitas konseli harus benar-benar menjadi perhatian. Permasalahan waktu dan bagaimana masalah klien akan membatasi keleluasaan dan efektivitas konseling. Hal diatas dapat direalisasikan dengan menggunakan CMS (Content Management System), CMS secara umum dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang memberikan kemudahan pada para pengunanya dalam mengelola dan melakukan perubahan isi sebuah website dinamis tanpa harus dibekali pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat teknis. Salah satu CMS yang dapat digunakan adalah AuraCMS dengan lisensi GPL (General Public License), open source/bebas dimodifikasi, asli buatan komunitas Indonesia, mudah dan murah serta berbahasa Indonesia. Layanan Informasi Sekolah yang dibangun dengan menggunakan AuraCMS akan bersifat dinamis, mudah digunakan, simple dan mudah dikelola serta memiliki ukuran file yang kecil. AuraCMS dapat online dalam waktu 1 jam pada server gratis yang banyak ditawarkan di internet. Dengan demikian AuraCMS direkomendasikan sebagai salah satu Content Management System yang dapat digunakan sebagai Media Layanan Informasi pada Bimbingan dan Konseling disekolah.
Internet
Pelayanan konseling melalui fasilitas internet sudah dikenal dengan nama e-counseling ( email counseling ). Berikut ini adalah contoh proses konseling via internet :
  1. email therapy
  2. online therapy
  3. cyber counseling dan
  4. e-counseling.
Email counseling merupakan proses terapeutik yang didalamnya terdapat kegiatan menulis selain ada kegiatan pertemuan secara langsung dengan konselor.  Karena, esensi e-counseling terletak pada menulis. Respon atau bantuan yang diberikan konselor bergantung pada informasi yang diberikan.  Konseli pun tidak perlu mengirimkan seluruh cerita mengenai masalah yang dihadapi, cukup dengan memilih informasi yang dirasakan pada satu situasi yang merupakan masalah.
E-mail merupakan cara paling baru dibandingkan dengan cara-cara yang lain untuk berkomunikasi secara cepat dan efektif melalui internet. Hal ini  tidak bermaksud untuk menggantikan konseling tatap muka ( face to face ), tetapi dapat  menjadi salah satu cara dalam membantu konseli untuk memecahkan masalahnya meskipun dalam keadaan jauh dalam hal tanpa bertemu langsung dengan konselor.
Email counseling merupakan satu cara untuk berkomunikasi antara konseli dengan konselor yang didalamnya dibahas mengenai masalah-masalah yang dihadapi koseli, misalnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian dan kehidupan konseli melalui surat atau tulisan pada internet.  Selain e-mail juga bisa dalam bentuk chatting dimana konselor secara langsung berkomunikasi dengan klien pada waktu yang sama melalui internet.
Layanan Informasi Sekolah
Bimbingan dan Konseling sebagai bagian dari sekolah yang membantu siswa mengatasi segala permasalahan yang dihadapi dalam proses studi untuk mencapai perkembangan yang optimal. Segala upaya dapat dilakukan untuk menjalin hubungan emosi antara guru pembimbing dengan siswa. Upaya ini dilakukan dengan merealisasikan program layanan yang sudah terkonsep sebagai empat komponen layanan pada bimbingan dan konseling. Salah satunya dari empat komponen layanan tersebut adalah Layanan Perencanaan Individual. Tujuan layanan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk membuat, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri.
Melalui layanan perencanaan individual, diharapkan siswa dapat :
1) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya.
3) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
Sebagian besar tujuan dari layanan tersebut diatas cenderung bersifat informatif, sehingga perlu dibangun sebuah Layanan Informasi berbasis web yang dinamis dengan content yang menarik dan mudah di atur, yaitu dengan menggunakan Content Management System atau Content Management lebih dikenal dengan AuraCMS.
Dalam pengoperasiannya, Aura CMS sangat mudah dioperasikan. Bahkan dapat digunakan oleh pengguna yang tidak mengerti tentang bahasa pemrograman seperti PHP atau java yang biasa digunakan untuk membuat website.
Sistem ini diciptakan untuk membangun layanan informasi sekolah. AuraCMS memiliki ukuran yang kecil dan mudah untuk di konfigurasikan secara manual pada local server atau server- server gratis yang ada di internet sehingga akan lebih ekonomis.Sehingga sangat membantu konselor sekolah, tanpa memerlukan bantuan tenaga ahli.
Keuntungan dari fasilitas AuraCMS
1. Fasilitas Send Artikel yang dapat digunakan sebagai media surat elektronik yang bersifat rahasia dari siswa kepada guru pembimbing.
2. Fasilitas Download yang siswa dapat mendownload informasi atau file tugas dari guru pembimbing.
3. Fasilitas pesan singkat sebagai media penyampaian pesan singkat yang dapat dibaca oleh setiap orang.
4. Fasilitas Polling sederhana setiap pengunjung dapat memberikan jawaban dari pertanyaan/pernyataan yang tertulis pada modul polling.
5. Fasilitas Registrasi Online untuk alumni sekolah.
b. Proses Perancangan local server
Siapkan software pendukung point 1, 2, dan 3
1. Software Server XAMPP dapat didownload di (http://www.apachefriends.org).
2. Web Browser dapat menggunakan Internet Explorer atau Mozila Firefox.
3. File AuraCMS dapat didownload di (http://www.auracms.org)
4. Instal server pada PC yang akan digunakan sebagai computer server.
5. Setelah proses install selesai aktifkan apache dan MySQL
6. Kemudian buat folder dengan nama Sekolah atau nama lain pada alamat C://xampp/htdocs dan ekstrak file AuraCMS kedalam folder tersebut.
7. Buka Browser tulis alamat sebagai berikut (http://localhost/phpmyadmin) maka akan muncul tampilan phpmyadmin.
8. Buat database dengan nama (sekolah) klik create/ciptakan
9. Setelah itu upload file SQL yang berada pada C://xampp/htdocs/sekolah.
10. Setelah database tercipta dan file SQL sukses diupload konfigurasikan nama database pada file C://xampp/htdocs/sekolah/includes/config.php disesuaikan dengan nama database yang telah dibuat pada point 8.
11. Buka browser dan ketikan alamat C://localhost/sekolah maka tampilan web portal AuraCMS akan muncul.
12. Website pada local server sudah jadi Selamat Berjuang
c. Proses perancangan server online
1. Buat subdomain gratis di (http://www.freewebhosting.com) misal http://sekolah.coolpage.biz.
2. Biasanya nama data base dan username sama dan otomatis telah dibuatkan oleh penyedia server, nama database dan username berupa beberapa digit angka misal 12345.
3. Konfigurasikan nama database yang telah anda terima pada file config.php yang ada pada file AuraCMS.
4. File AuraCMS dibuat menjadi file ZIP kemudia upload file melalui http://www.net3ftp.com.
5. Setelah proses upload selesai buka browser baru dan ketikan alamat subdomain yang telah anda buat tadi.
6. Layanan Informasi Sekolah online telah terbit proses ini tidak memakan waktu lama kurang lebih satu jam dan gratis.
BAB III
ANALISIS
A Kelebihan Bimbingan Konseling Melalaui Teknologi Informasi
Kelebihan atau keuntungan pelayanan bimbingan konseling melalui teknologi informasi, diantaranya :
  1. Pelayanan melalui teknologi informasi  mudah di akses.
  2. Tidak membutuhkan biaya transportasi
  3. Mengurangi kesulitan jadwal yang berkaitan dengan program kelompok
  4. Pelayanan melalui teknologi informasi bersifat semi anonim
  5. Klien lebih mau terbuka berbicara tentang masalahnya karena ia tidak berkomunikasi secara face to face, sehingga ia dapat lebih siap dan terbuka
  6. Pelayanan melalui teknologi informasi dan komunikasi berbasis individu
  7. Konselor dapat menyesuaikan kesiapan klien dalam mengambil tindakan yang diperlukan, memotivasi diri, dan meningkatkan keterampilan kliennya
  8. Pelayanan melalui teknologi informasi dan komunikasi formatnya harus memfasilitasi konseling yang proaktif
  9. Setelah klien membuka komunikasi via teknologi informasi awal, maka konselor berinisiatif untuk memulai suatu kontak berikutnya sehingga ia dapat menciptakan suatu taraf terapis berupa dukungan sosial dan klien bertanggung jawab selama proses penyembuhannya
10.  Pelayanan melalui teknologi informasi formatnya menggunakan ijin protokol yang terstruktur. Hal ini memberikan  konselor suatu kerangka kerja tertulis yang dapat memastikan pemenuhan topik penting ketika bekerja khusus kepada masing-masing individu pada setiap sesi, sehingga menghasilkan suatu intervesi yang ringkas, terpusat, dan sesuai dengan pribadi klien.
B Kelemahan Bimbingan Konseling Melalaui Teknologi Informasi
Selain kelebihan adapula kelemahan dalam pelayanan bimbingan konseling melalui teknologi informasi, diantaranya :
  1. Konselor tidak dapat memastikan bahwa kliennya benar-benar seruis atau tidak
  2. Diperlukan perangkat khusus agar pelayanan bimbingan konseling melalui teknologi informasi dapat terlaksana dan perangkat tersebut tidak murah, sehingga tidak samua orang dapat memanfaatkannya
  3. Informasi yang diterima dan diberitakan sangat terbatas, komunikasi satu arah, klasifikasi dan eksplorasi tidak biasa segera dilakukan, sehingga ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman
  4. Kegiatan konseling melalui teknologi informasi dapat menimbulkan jarak baik secara fisik maupun psikis diantara konselor dan  klien.
  5. Belum terdapat data-data, fakta atau informasi yang objektif dari klien, sehingga pemecahan masalah dengan teknik pendekatan ini pada akhirnya akan kabur.
  6. Permasalahan yang dihadapi oleh klien beraneka ragam dalam emosi sehingga kadang-kadang konselor mengabaikan segi-segi yang penting dalam proses konseling.
  7. Dianggap oleh klien sebagai perampasan tanggung jawab, maka teknik pendekatan ini kurang baik untuk di pergunakan.
C. Kode Etik dan Teknologi Informasi
Dalam bimbingan konseling dengan memanfaatkan teknologi informasi harus memperhatikan etika yang berlaku. Walaupun belum ada kode etik yang jelas dalam mengatur pelayanan bimbingan konseling berbasis teknologi informasi, kita dapat menggunakan etika yang berlaku dalam playanan bimbingan konseling ‘tradisional’. Kode etik merupakan seperangkat aturan, pedoman atau tata cara berprilaku profesional yang sudah distandarisasikan oleh organisasi profesi. Asas etis profesi konselor, meliputi:
  1. Respek terhadap martabat  manusia,
  2. Relationship yang koheren,
  3. Memunculkan tanggung jawab terhadap  masyarakat, serta
  4. Tanggung jawab terhadap  masyarakat.
Dalam pelayanan bimbingan konseling melalaui teknologi informasi harus selalu memperhatikan kode etik yang ditetapkan organisasi profesi. Kode etik tersebut seharusnya diketahui oleh klien juga, sehingga klien dapat mengetahui hak dan kewajibannya. Kode etik dalam bimbingan konseling melalaui teknologi informasi penting diperhatikan, supaya kegiatan bimbingan konseling dapat berjalan dengan baik dan tujuan bersama dapat tercapai. Perlu ditegaskan bahwa bimbingan konseling melalui teknologi informasi bukan hal mutlak yang ada dalam pelaksanaan bimbingan konseling. Teknologi informasi dan komunikasi semata-mata hanya alternatif jika pelayanan bimbingan konseling secara ‘langsung’ tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.Adapun dalam penggunaan teknologi informasi  diperlukan kesiapan dari kedua belah pihak dalam hal penyediaan perangkat. Kalaupun perangkat sudah tersedia, diperlukan keterampilan untuk menggunakannya. Barulah Pelayanan Bimbingan Konseling melalaui teknologi informasi dapat berjalan.
BAB IV
PENUTUP
A      Kesimpulan
Teknologi informasi tidak hanya sekedar teknologi komputer melainkan gabungan dari komputasi dengan jalur komunikasi diantaranya, telepon, komputer, internet, televisi, radio dll. Teknologi informasi diciptakan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia sebagai individu yang ingin pekerjaannya lebih mudah dan sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi. Dalam pelayanan bimbingan konseling teknologi informasi digunakan apabila pelayanan tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan secara langsung, jadi teknologi informasi dalam bimbingan konseling hanya sebagai alternatif.  Konselor dapat menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam menyusun, mencari dan mengolah data. Komputer pun dapat menyimpan dan mendapatkan informasi dengan lebih cepat, mudah, dan praktis.  Pelayanan konseling ditujukan untuk memecahkan masalah dan kalau bisa mencegah timbulnya masalah, namun kesibukan klien dan konselor sendiri terkadang malah menambah masalah.  Dengan teknologi informasi masalah tersebut akan dapat diminimalisir. Kelebihan yang didapat dari pelayanan bimbingan konseling melalui teknologi informasi, diantaranya mudah diakses, tanpa biaya transportasi, tidak ada batas ‘ruang’ dan ‘waktu’. Selain itu, klien lebih terbuka karena bersifat pribadi. Pelayanan bimbingan konseling pun lebih terpusat.  Sedangkan kelemahan dari penggunaan teknologi informasi, diantaranya penyediaan sarana yang tidak murah, keseriusan klien dalam bimbingan tidak dapat dipastikan, informasi yang diterima konselor terbatas, pengabaian faktor-faktor emosi, dan memungkinkan untuk timbulnya jarak antara klien dan konselor baik secara fisik maupun psikis. Kode etik yang berlaku dalam profesi bimbingan konseling harus diperhatikan oleh konselor supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sekiranya pembahasan ini sudah memberikan gambaran tentang konsep dan oprasional teknologi informasi dalam bimbingan konseling

B       Rekomendasi
Konselor harus senantiasa menciptakan inovasi-inovasi baru dalam pelayanan bimbingan konseling, tentunya ditunjang oleh kompetensi yang memadai mengenai teknologi informasi. Teknologi informasi mampu menunjang pelayanan bimbingan konseling agar lebih efektif. Maka dari itu, konselor harus selalu meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan teknologi yang berkembang saat ini. Konselor akan selalu menjadi idola klien apabila selalu up to date. Karena pada dasarnya bimbingan adalah long life learning atau belajar sepanjang hayat.
Penyediaan infrastruktur harus ditingkatkan, khususnya di Indonesia masih banyak tempat-tempat terpencil yang belum terjamah oleh teknologi. Penyediaan perangkat teknologi informasi adalah hal yang mutlak dalam konseling melalui teknologi informasi, sehingga pelayanan bimbingan konseling akan berjalan efektif tanpa batas ruang dan waktu.


Trik-Tips Blog