Guidance Counseling Community

GCC UM METRO
organisasi Bimbingan Konseling Universitas Muhammadiah Metro.

Rabu, 14 November 2012

Penerapan Layanan Konseling Kelompok Pendekatan Adlerian Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Saat Menghadapi Ujian AKhir

Semoga bermanfaat.
PENERAPAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN ADLERIAN UNTUK MENINGKATKAN
RASA PERCAYA DIRI SAAT MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER PADA SISWA KELAS VIII-E
SMP NEGERI 16 SURABAYA


SKRIPSI



Description: 163214_185517364792804_100000036244418_681205_2995803_n














Oleh  :
LU’LU’IL MAKNUN
NIM 071014048



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
2012



PENERAPAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN ADLERIAN UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SAAT MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER PADA SISWA KELAS VII-E SMP NEGERI 16 SURABAYA




Lu’lu’il Maknun



ABSTRAK



Latar belakang dari penelitian ini adalah ditemukannya siswa tidak percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester di kelas VIII-E SMP Negeri 16 Surabaya sebanyak 39,47 % melalui proses wawancara dengan guru BK. Bentuk perilaku tidak percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester di kelas VIII-E SMP Negeri 16 Surabaya adalah sering menengok ke kanan dan ke kiri saat ujian berlangsung, sering keluar kelas untuk pergi ke kamar mandi saat ujian dan mencuri-curi kesempatan untuk bertaya jawaban pada teman saat ujian.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji konseling kelompok pendekatan Adlerian dalam meningkatkan rasa percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester pada siswa kelas VIII-E SMP Negeri 16 Surabaya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre-eksperimental design dengan pre-test dan post-test group design, dengan rancangan satu kelompok subyek. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, wawancara dan observasi untuk mengetahui tingkat rasa percaya diri saat menghadapi ujian. Subyek penelitian ini adalah delapan siswa kelas VIII-E SMP Negeri 16 Surabaya yang memiliki skor rasa percaya diri rendah. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik non-parametric dengan menggunakan uji tanda.
Dari hasil perhitungan diperoleh T_hitung   < T_tabel. Dengan hasil terdapat peningkatan pada rasa percaya diri siswa saat menghadapi ujian akhir semester. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang berbunyi “konseling kelompok pendekatan Adlerian dapat diterapkan dalam meningkatkan rasa percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester pada siswa kelas VIII-E SMP Negeri 16  Surabaya” dapat diterima.


Kata kunci : Konseling kelompok pendekatan Adlerian, rasa percaya diri





PENDAHULUAN
Percaya diri merupakan hal yang penting untuk dibangun dan dikembangkan. Kepercayaan diri diperlukan oleh seseorang untuk menghadapi tantangan dalam setiap tahap kehidupannya. Kepercayaan diri sering menjadi masalah yang dialami oleh remaja, baik percaya diri yang berhubungan dengan aspek sosial, maupun percaya diri yang berhubungan dengan proses belajar di sekolah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanan ujian semester adalah rasa percaya diri siswa. Percaya diri merupakan perasaan yang ada dalam diri siswa yang diakibatkan adanya respon dari luar untuk berani bertindak. Percaya diri siswa sangat berpotensi dalam keberhasilan belajar, hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran sehari-hari bahwa siswa yang memiliki kemampuan atau pintar akan menjadi tidak mampu untuk atau salah untuk melakukan sesuatu pekerjaan karena dipengaruhi rendahnya percaya diri siswa tersebut. Rendahnya rasa percaya diri pada siswa SMP tidak bisa diabaikan begitu saja, apabila keadaan tersebut terus diabaikan, hal ini akan dapat berdampak negatif bagi siswa yaitu hasil belajar yang kurang optimal.
Percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya (Hakim, 2002:6). Gejala dari kurang percaya diri adalah mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu, memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental fisik, sosial, atau ekonomi, mudah putus asa, dan cenderung bergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah (Hakim, 2002:8).
Menurut Lie (2003:4) ciri-ciri orang yang tidak mencerminkan percaya diri adalah tidak yakin kepada diri sendiri, bergantung pada orang lain, ragu-ragu, merasa diri tidak berharga, dan tidak memiliki keberanian untuk bertindak. Rendahnya rasa percaya diri pada siswa SMP tidak bisa diabaikan begitu saja, karena hal ini akan berdampak buruk pada hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah tidak akan mencapai hasil yang optimal dalam belajarnya.
Beberapa faktor yang memengaruhi percaya diri berasal dari keluarga. Hakim (2002:26) mengatakan bahwa keadaan keluarga, sebagai lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap orang, sangat mempengaruhi pembentukan rasa percaya diri. Rasa percaya diri bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecil jika seseorang berada di dalam keluarga yang baik.
Menurut Lindenfield (1997: 14) faktor penunjang percaya diri adalah memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba sesuatu, memberikan pujian, tidak diejek dan dicemooh, memberi kepercayaan pada anak, adanya peran serta orang tua dalam proses pengembangan, adanya lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang dapat memberikan dorongan untuk perkembangan anak, serta adanya rasa cinta kasih dan rasa aman.
Menurut Anita Lie (2003:4) ciri-ciri orang yang tidak mencerminkan percaya diri adalah tidak yakin kepada diri sendiri, bergantung pada orang lain, ragu-ragu, merasa diri tidak berharga, dan tidak memiliki keberanian untuk bertindak.
Perilaku tidak percaya diri harus ditangani agar siswa memiliki kemandirian. Siswa yang mandiri merupakan salah satu indikator dari siswa yang memiliki percaya diri. Alternatif bantuan yang dapat diberikan untuk membantu meningkatkan percaya diri siswa adalah dengan menggunakan konseling kelompok pendekatan Adlerian.
Dasar penggunaan pendekatan teori Adler adalah, persamaan faktor yang memengaruhi kepercayaan diri dengan faktor yang membentuk kepribadian seseorang,yakni faktor yang berasaldari keluarga. Berdasarkan hal tersebut teori Adler dianggap tepat untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri. Dalam  pendekatan teori Adler terdapat teknik yang berfokus pada konstelasi keluarga. Konstelasi keluarga diartikan sebagai iklim atau keadaan keluarga, yang merupakan faktor yang banyak berpengaruh pada pembentukan kepribadian seseorang termasuk pada rasa percaya diri.
Anak yang diindikasi memiliki rasa tidak percaya diri saat menghadapi ujian dapat dikatakan memiliki perasaan inferioritas. Inferioritas pada diri seseorang muncul karena ia merasa tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya. Dalam pandangan teori Adler seseorang yang mengalami komplek inferioritas akan berusaha untuk menjadi superior.
Melalui istilah “Berjuang untuk Superioritas” Adler tidak mengartikan bahwa setiap orang dari kita berjuang untuk berada diatas posisi atau wibawa orang lain. Adler sering menggunakan kata perfeksion sebagai sinonim dari superioritas. Orang-orang berjuang untuk perfeksion (kesempurnaan) yang mana Adler juga menjelaskannya lebih lanjut seperti penguasaan, berjuang untuk naik, peningkatan, sebuah usaha bergerak dari bawah keatas, atau pendorong dari minus ke plus. Perjuangan menuju superioritas yang dilakukan siswa berupa upayauntuk mendapatkan nilai yang baik dalam ujian yang terkadang dilakukan dengan cara yang salah yakni dengan berbuat kecurangan.
Teori Adler memandang bahwa perilaku manusia dan perkembangannya dipengaruhi oleh tataran minat sosial, urutan kelahiran, konstelasi dan gaya hidup. Dalam setiap proses konseling yang dilakukannya, Alder hampir selalu bertanya pada kliennya mengenai keadaan keluarga, yakni: urutan keluarga, jenis kelamin dan usia saudara-saudara sekandung.
Tujuan utama psikoterapi Adler adalah meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial pasien. Adler menyadari bahwa tugas ini tidak mudah karena pasien atau klien berjuang untuk mempertahankan keadaannya sekarang, yang dipandangnya menyenangkan. Gibson dan Mittchell dalam Latipun (2005: 152).
Tujuan konseling Adler menurut Prayitno (1998:52) adalah membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style (LS) serta mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dan dalam mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya. Hal ini dilakukan bertujuan membentuk gaya hidupnya yang lebih efektif. A.      Rasa Percaya Diri
PENGERTIAN RASA PERCAYA DIRI
Beberapa ahli memiliki definisi yang berbeda tentang percaya diri. Anita Lie (2003: 04), menyebutkan bahwa percaya diri berarti yakin akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah. Menurut Santrock (2003: 336) percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri.
Menurut Hakim (2002:06) percaya diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Lindenfield (1994:03) mengatakan bahwa orang yang percaya diri adalah orang yang merasa puas dengan dirinya. Menurut Suharyadi (2007:9) percaya diri merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi.
Angelis (1997 : 10) menerangkan bahwa percaya diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia untuk menghadapi tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu.
Ciri-ciri orang yang memiliki percaya diri rendah adalah tidak yakin kepada diri sendiri, merasa tidak mampu mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya, dan bergantung pada orang lain.
Faktor-faktor penunjang percaya diri berasal dari faktor keluarga, baik dari keadaan orang tua, dari segi latar belakang pendidikan keluarga, dari keadaan ekonomi keluarga serta dari kondisi lingkungan sekitar keluarga.
Faktor utama yang menghambat rasa percaya diri adalah cara orang tua dalam mendidik anak yang menimbulkan rasa inferioritas pada diri anak.
Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan rasa tidak percaya diri adalah berasal dari faktor sosial dan pribadi individu. Dari segi sosial proses pembentukan rasa tidak percaya diri dipengaruhi oleh pendidikan dari orang tua sedangkan faktor dari diri individu berasal dari segi fisik individu yang bersangkutan.
Cara meningkatkan kepercayaan diri adalah dengan meningkatkan kepercayaan pada kemampuan pribadi dengan selalu berpikir positif, meningkatkan penghargaan pada individu, melatih untuk selalu bersikap tenang, dan memberi kesempatan kepada individu untuk mengeksplorasi kemampuan pribadinya.
Manfaat adanya percaya diri adalah agar seseorang mandiri dalam menghadapi segala permasalahan dalam kehidupannya, optimis, sehat secara psikologis, dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya.
KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN ADLERIAN
Menurut Gazda (Winkel,  2004:590) konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari.
Pendekatan Adlerian didasarkan pada suatu pandangan holistik tentang manusia, yang memandang manusia sebagai suatu kesatuan (unity) yang dalam hal ini diidentikkan dengan kebulatan (wholeness).
Sistem teori Adler lebih menekankan pada determinan sosial dalam membentuk perilaku, alih-alih faktor-faktor biologis. Pendekatan Adler juga dikatakan bersifat teleologis. Pandangan teleologis ini mengimplikasikan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang termotivasi oleh dorongan-dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang memiliki dimensi sosial.
Kepercayaan diri berkaitan erat dengan penghargaan diri, orang yang tidak memiliki kepercayan diri memiliki sifat inferioritas (rendah diri) yang tinggi. Adler dalam (Darminto 2007: 490) mengemukakan bahwa ”sifat inferioritas bukan merupakan suatu keadaan negatif tetapi justru menjadi motivasi untuk menguasai lingkungan”. Kita berusaha menemukan cara-cara yang dapat kita gunakan untuk mengendalikan kekuatan-kekuatan dalam hidup kita, bukan sebaliknya.
Adler berpandangan bahwa setiap manusia memiliki tujuan untuk beralih dari perasaan inferior menjadi superior. Seseorang yang mengalami kepercayaan diri yang rendah bisa menjadi memiliki rasa percaya diri. Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Dengan demikian perilaku individu dijelaskan berdasarkan tujuan dan ekspentasi akan masa depan.
 Inferioritas berarti merasa lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk menghadapi tugas atau keadaan yang harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan orang lain yang lebih matang dan berpengalaman.
Kompleks inferioritas dapat juga diartikan sebagai perasaan yang berlebihan bahwa dirinya merupakan orang yang tidak mampu. Adler menyatakan bahwa gejala tersebut paling sedikit disebabkan oleh tiga hal, yaitu : memiliki cacat jasmani, dimanjakan, dan dididik  dengan kekerasan (Masrun, 1977:  46).
Sedangkan superiority bukan berarti lebih baik dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara berkelanjutan mencoba untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi semakin dekat dengan tujuan ideal seseorang.
Beberapa keadaan khusus seperti dimanja dan ditolak, mungkin dapat membuat seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua kompleks tersebut berhubungan erat. Superiority complex selalu menyembunyikan atau bentuk kompensasi dari inferior. Sedangkan inferiority complex menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini bahwa motif utama setiap orang adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif.
Tujuan dari konseling Adler adalah untuk membentuk manusia dewasa yang utuh dan sehat secara pribadi dan sosial (Well-Functioning). Manusia dewasa yang sehat dikonseptualisasikan sebagai individu yang mempelihatkan kemandirian baik secara fisik maupun emosi, produktif, dan mampu menjalin kerja sama dengan orang lain baik untuk mencapai tujuan pribadi maupun tujuan sosial. manfaat dari konseling kelompok Adlerian adalah dapat meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial konseli.
Manfaat dari konseling kelompok Adlerian adalah dapat meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial konseli.
Dreikurs dalam Supriatna (2003) menguraikan tahap konseling kelompok pendekatan Adlerian yaitu:
a.       Membangun dan memelihara hubungan terapiutik yang tepat.
b.      Mengeksplorasi dinamika-dinamika dalam diri individu.
c.       Mengkomunikasikan suatu pemahaman diri kepada individu, dan
d.      Membuka alternatif-alternatif dan pilihan-pilihan dengan menggunakan teknik menggali masa lalu, gaya hidup, dan menganalisis konstelasi keluarga.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pre-experimental design karena peneliti tidak memakai variabel kontrol dan sampel tidak di pilih secara random (Sugiyono, 2008:74). Bentuk rancangan pre-experimental design ini memakai one group pre-test – post-test design, yaitu jenis rancangan yang memakai pengukuran awal (pre-test) dan pengukuran akhir (post-test) untuk membandingkan keadaan sebelum diberikan perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah konseling kelompok pendekatan Adlerian untuk mengetahui pengaruhnya pada tingkat rasa percaya diri siswa saat menghadapi ujian akhir semester
Prosedur penelitian :
1.    Memberikan  yaitu pre-test untuk mengetahui skor rasa percaya diri siswa dengan instrumen angket.
2.    Diketahui delapan siswa yang mempunyai skor rasa percaya diri terendah dan diberi perlakuan konseling kelompok gestalt dalam jangka waktu tertentu.
3.    Memberikan  yaitu post-test untuk mengukur adanya perubahan dari perlakuan konseling kelompok Gestalt dengan angket yang sama.
4.    Membandingkan  dengan  untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi setelah diberikan treatment.
Adapun tahap yang akan dilakukan selama penelitian ini adalah :
1.    Tahap persiapan
a.    Menemukan masalah untuk diteliti
b.    Menyusun proposal
c.    Menentukan lokasi penelitian

2.    Tahap pelaksanaan penelitian
a.    Membuat jadwal penelitian
b.    Pengumpulan data melalui penyebaran angket
c.    Menentukan delapan siswa yang memiliki skor rasa percaya diri terendah saat menghadapi ujian
d.   Diketahui siswa yang memiliki skor rasa percaya diri saat menghadapi ujian terendah yang selanjutnya diberi perlakuan konseling kelompok pendekatan Adlerian
e.    Memberikan angket yang sama kepada siswa yang telah diberikan perlakuan untuk mengetahui adanya perubahan
f.     Membandingkan hasil pre-test dan post-test untuk mengetahui adanya keefektifan atau pengaruh dari konseling kelompok pendekatan Adlerian.
g.    Tahap menyimpulkan hasil penelitian dengan menyusun laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data skor hasil penyebaran angket rasa percaya diri. Data ini diperoleh setelah disebarkan angket rasa percaya diri saat menghadapi ujian dan didapatkan data berupa delapan siswa yang memiliki skor rasa percaya diri terendah akan dijadikan subyek penelitian (konseli) dan ditetapkan sebagai kondisi awal.
Kedelapan subyek penelitian tersebut  selanjutnya diberikan perlakuan berupa konseling kelompok pendekatan Adlerian selama tujuh kali pertemuan.
Setelah diberikan perlakuan dengan layanan konseling kelompok pendekatan Adlerian pada delapan siswa yang memiliki skor terendah dalam percaya diri saat menghadapi ujian, maka kegiatan selanjutnya adalah mengadakan pengukuran akhir (post-test).
Setelah diketahui hasil pengukuran awal dan pengukuran akhir, kemudian dilakukan analisis statistik untuk mengetahui benar tidaknya hipotesis yang diajukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik dengan uji Tanda.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan uji tanda diperoleh hasil sebagai berikut: N = 8 dan x = 0, maka diperoleh ρ = 0,004 dengan taraf kesalahan α = 5% adalah 0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa harga 0,004< 0,05 (ρ< α). Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan pada skor rasa percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester antara sebelum dan sesudah penerapan layanan konseling kelompok pendekatan Adlerian. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.
Keseluruhan peningkatan rasa percaya diri saat menghadapi ujianakhir semester yang dialami oleh 8 responden tersebut nampak pada saat observasi yang dilakukan oleh observer saat pemberian treatment  berupa konseling kelompok pendekatan Adlerian. Keadaan di atas tersebut didukung pula oleh pernyataan konseli yang diberikan pada saat diadakannya evaluasi yang dilakukan melalui wawancara oleh peneliti yang menyebutkan bahwa konseli telah mampu memahami dan merubah perilakunya sehingga mengalami peningkatan pada rasa percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester.
Sesungguhnya selain pemberian treatment berupa konseling kelompok pendekatan Adlerian terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan rasa percaya diri pada 8 subyek penelitian tersebut antara lain: adanya kemampuan pribadi, keinginan dan tekat yang kuat dan lain sebagainya.
Rasapercaya diri  saat menghadapi ujian akhir semester pada subyek penelitian dipengaruhi oleh kemampuan pribadi karena siswa mengerjakan sesuatu yang memang mampu dilakukan. Hal tersebut tentunya disebabkan karena subyek penelitian telah mempersiapkan diri dengan mempelajari materi yang diujikan secara mendalam.Rasa percaya diri  saat menghadapi ujian akhir semester pada subyek penelitian dapat dipengaruhi  oleh keinginan. Ketika seseorang menghendaki sesuatu maka orang tersebut akan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat untuk mendapatkannya. Selanjutnya rasa percaya diri  saat menghadapi ujian akhir semester pada subyek penelitian juga dipengaruhi oleh tekat yang kuat. Rasa percaya diri akan datang ketika seseorang memiliki tekat yang kuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun dalam penelitian ini variabel-variabel atau faktor-faktor tersebut  tidak diamati, oleh karena itu seyogyanya untuk penelitian lebih lanjut variabel-variabel tersebut diperhatikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada skor rasa percaya diri saat menghadapi ujian akhir semester antara sebelum dan sesudah penerapan layanan konseling kelompok pendekatan Adlerian.
Saran
Hendaknya digunakan variabel lain yang berbeda dari variabel yang telah diteliti oleh peneliti.
Pemberian perlakuan konseling kelompok pendekatan Adlerian yang dilakukan hanya sebanyak 7 kali pertemuan. Seyogyanya dibutuhkan jumlah perlakuan yang lebih banyak dalam melaksanakan konseling kelompok pendekatan Adleriansehingga memungkinkan tercapainya tujuan secara maksimal.
Hendaknya memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi percaya diri.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri saat menghadapi ujian dimungkinkan menggunakan strategi lain seperti bimbingan kelompok, konseling kelompok Gestaltatau menggunakan kombinasi dari beberapa strategi.



DAFTAR PUSTAKA
Admin. Konseling Indonesia. (Online)  (http://konselingindonesia.com. Diakses tanggal 17 Mei 2010)
Admin. Meningkatkan percaya diri. (online)(http://semangatbelajar.com/tag/meningkatkan-rasa-percaya-diri/. Diakses tanggal 17 Mei 2010)
Amrin, Muchlis Ahmad. 2009. 10 Mistaken Identities. Jogjakarta: Garailmu
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
                        . 2007. ManajemenPenelitian. Jakarta. PT Rineka Cipta
Ramadhani, Arya Verdi. 2008. Teori Alfred Adler. (online)http://aryaverdiramadhani.blogspot.com/2008/05/-teori-alfred-adler.html. (Diakses tanggal 20 Oktober 2010)
Boerce, George. 2007. Personality Theories. Yogyakarta: Primasophie
Darminto. 2007. Teori-Teori Konseling Teori dan Praktek Konseling dari Berbagai Orientasi Teoritik Dan Pendekatan. Surabaya: Unesa University Press
Eko.(2008). Ciri-Ciri Teori Konseling. (online)(http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/ciri-ciri-teori-konseling/. Diakses tangggal 17 Mei 2010).
Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa Swara
Lindenfield, Gael. 1997. Mendidik Anak Agar Percaya Diri.Jakarta :Arcan
Lie, Anita. 2003. Menjadi Orang Tua Bijak 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo
Miharjauin.(2010).Konseling Pendekatan Afektif Standar.(online)(http://miharjauin.blogspot.com/2010/02/konseling-pendekatan-afektif-standar.html. Diakses tanggal 20 Oktober 2010).
Notosoedirjo, Moeljono&Latipun. 1999. Kesehatan Mental, Penerapan dan Konsep. Malang. UMM Press
Nursalim, Muhammad dan Suradi.2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: UnesaUnivirsity Press
Nursalim & Hariastuti. 2007. Konseling Kelompok. Surabaya: Unesa University Press
Prayitno.1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).Jakarta: Ghalia Indonesia
Prayitno dan Amti, Erman. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
          Jakarta: RinekaCipta
Santrock. John. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja :Terjemahan oleh Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga
Siegels, Sidney. 1992.” Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu Sosial”. Jakarta :Gramedia
Sobur, Alek. 1986. Anak Dan Pola Perlakuannya. Jakarta:PT. BPK. GunungMulia
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta
Surya, Hendra. 2007. Percaya diri itu penting. Jakarta. PT Elex Media Komputindo
Tim Penyusun Pedoman Skripsi. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya :Unesa
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Usmawati. 2007. Penerapan Layanan Konseling Kelompok untuk Membantu Siswa yang Mengalami Kecemasan Tampil di Depan Kelas Di SMA Kartika V-3 Surabaya. Judul skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP Unesa
Wahyuningsih, Sri. Penerapan Konseling Kelompok untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri pada Siswa Kelas XI Ak.2 SMK Ketintang 1 Surabaya. Surabaya: .Judul skripsi tidak diterbitkan. PPB FIP Unesa
Nanda, Wahyu. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas X – 3     SMAN    8 Surabaya     Dengan     Konseling Kelompok Gestalt: Judul skripsi tidak diterbitkan. PPB FIP UNESA

Trik-Tips Blog